Jumat, Agustus 15, 2008

Curhat

Saia inget betul waktu ibu saia menelepon setelah 2 bulan pernikahan saia, apa yang beliau tanyakan?
Ibu : Lg ngapain?
Saia : Ga ada, lg nyante aja
Ibu : Gimana nak, kmu bahagia kan?
Saia : Maksudnya?
Ibu : Ya kamu seneng kan setelah nikah ini?
Saia : Ah ibu ini pertanyaannya ada2 aja, ya pasti bahagia lah,,,
Ibu : Yo sukur deh nak klo kmu bahagia, ibu kan jadi seneng,,,

Itu petikan percakapan antara ibu n anak beberapa bulan setelah pernikahan saia. Saia cukup terharu mendengar ibu saia menanyakan saia bahagia atau ga di usia pernikahan saia yang baru seumur jagung ini. Emang bener yah, seorang ibu tu sampe kapanpun sayang n perhatiannya ke anak ga pernah berhenti. Seorang ibu pasti slalu menginginkan kebahagiaan anaknya.

Jadi apapun keadannya, saia selalu bilang klo saia bahagia dengan kehidupan saia. Itu udah jalan hidup yang saia ambil, saia harus konsekuen dengan pilihan hidup saia itu. Saia ga mau menambah beban pikiran ibu saia karena ketidakbahagiaan saia. Sepahit apapun kehidupan saia, saia harus tetap merasa bahagia. Karena itu yang menguatkan ibu saia.

Memang kita ga bisa menuntut pasangan kita menjadi sosok yang sempurna, karena kita sendiri juga ga sempurna. Menerima kelemahan pasangan itu yang paling penting. Mengelola hati dan menata pikiran, itu yang sedang saia usahakan sekarang. Mencoba menjalani hidup dengan hati ikhlas, pengen hidup tenang itulah intinya. Karena ketenangan hidup berasal dari hati dan pikiran kita sendiri. Oleh karena itu kenapa antara hati dan pikiran itu harus balance, klo kita hanya mikirin hati (a.k.a perasaan), kita hanya jadi orang yang melo yang hanya menuruti perasaan aja tanpa menggunakan logika dan akal sehat.

0 comments: